Tafsir Jalalain : al Ghaasyiyah – QS 088

سورة الغاشية Al-Ghaasyiyah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

1.      هَلْ (Apakah) telah –  أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ(datang kepadamu berita hari kiamat) hari kiamat dinamakan hari yang menutupi karena pada hari itu semua makhluk diselimuti oleh kengerian-kengeriannya.

2.       وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ(Banyak muka pada hari itu) yang dimaksud dengan ungkapan lafal Wujuuh atau muka adalah orang-orangnya, demikian lafal yang sama sesudahnya nanti –  خَاشِعَةٌ (tunduk) terhina.

3.       عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ(Pekerja keras lagi kepayahan) maksudnya dalam keadaan lelah dan payah karena diikat dengan rantai dan belenggu.

4.       تَصْلَى(Memasuki) dapat dibaca Tashlaa dan Tushlaa, jika dibaca Tushlaa artinya dimasukkan ke dalam –  نَاراً حَامِيَةً(api yang sangat panas.)

5.       تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ(Diberi minum dari sumber yang sangat panas) atau dengan air yang sangat panas.

6.       لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ(Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri) Dharii’ adalah sejenis pohon yang berduri, hewan ternak pun tidak mau memakannya karena duri itu keras lagi kotor.

7.       لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ(Yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.)

8.       وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ(Banyak muka pada hari itu berseri-seri) atau tampak cerah dan cantik.

9.       لِسَعْيِهَا(Karena usahanya) sewaktu di dunia yaitu karena ketaatannya –  رَاضِيَةٌ(mereka merasa senang) di alam akhirat, yaitu sewaktu mereka melihat pahalanya.

10.   فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ(Dalam surga yang tinggi) secara nyata dan dapat mereka rasakan.

11.   لَّا تَسْمَعُ(Tidak kamu dengar) dapat dibaca Tasma’u dan Yasma’u, jika Yasma’u artinya tidak dia dengar –  فِيهَا لَاغِيَةً(di dalamnya perkataan yang tak berguna) tiada seorang yang berkata melantur yang tidak ada gunanya.

12.   فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ(Di dalamnya ada mata air yang mengalir) lafal `Ainun sekalipun bentuknya Mufrad tetapi maknanya jamak.

13.   فِيهَا سُرُرٌ مَّرْفُوعَةٌ(Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan) yaitu tempat kedudukan dan derajatnya ditinggikan.

14.   وَأَكْوَابٌ(Dan gelas-gelas) yakni tempat-tempat untuk minum tanpa gagang –  مَّوْضُوعَةٌ(yang terletak) di setiap tepi mata air yang disediakan untuk peminum-peminumnya.

15.   وَنَمَارِقُ(Dan bantal-bantal) untuk bersandar –  مَصْفُوفَةٌ(yang tersusun) atau dalam keadaan tersusun untuk tempat bersandar.

16.   وَزَرَابِيُّ(Dan permadani-permadani) yaitu permadani yang empuk lagi tebal –  مَبْثُوثَةٌ(yang terhampar) dalam keadaan terbentang.

17.   أَفَلَا يَنظُرُونَ(Maka apakah mereka tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan mengambil pelajaran; yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah –  إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (unta bagaimana dia diciptakan?)

18.   وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ(Dan langit, bagaimanakah ia ditinggikan?)

19.   وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(Dan gunung-gunung, bagaimana ia dipancangkan?)

20.   وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?) maksudnya dijadikan sehingga terhampar. Melalui hal-hal tersebutlah mereka mengambil kesimpulan tentang kekuasaan Allah swt. dan keesaan-Nya. Pembahasan ini dimulai dengan menyebut unta, karena unta adalah binatang ternak yang paling mereka kenal daripada yang lain-lainnya. Firman Allah “Suthihat” jelas menunjukkan bahwa bumi itu rata bentuknya. Pendapat inilah yang dianut oleh para ulama Syara’. Jadi bentuk bumi bukanlah bulat seperti bola sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli ilmu konstruksi. Masalah ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan salah satu rukun syariat.

21.   فَذَكِّرْ(Maka berilah peringatan) berilah mereka peringatan yang mengingatkan mereka kepada nikmat-nikmat Allah dan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya –  إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ (karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.)

22.   لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ(Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka) menurut suatu qiraat lafal Mushaithirin dibaca Musaithirin yakni dengan memakai huruf Sin bukan Shad, artinya menguasai mereka. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad.

23.   إِلَّا(Kecuali) tetapi –  مَن تَوَلَّى(orang yang berpaling) dari keimanan –  وَكَفَرَ(dan kafir) kepada Alquran, artinya ingkar kepadanya.

24.   فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ(Maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar) yaitu azab di akhirat dan azab di dunia dengan dibunuh dan ditawan.

25.   إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ(Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka) maksudnya mereka akan kembali kepada-Nya sesudah mati.

26.   ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ(Kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka) atau memberikan balasan kepada mereka, Kami sama sekali tidak akan membiarkan mereka begitu saja, mereka pasti Kami hisab.

Counter

free counters

Tafsir Jalalain : Al Fajr (QS 089)

سورة الفجر Al-Fajr

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

1.      وَالْفَجْرِ (Demi fajar) yakni fajar yang terbit setiap hari.

2.       وَلَيَالٍ عَشْرٍ (Dan malam yang sepuluh) maksudnya tanggal sepuluh bulan Zulhijah.

3.       وَالشَّفْعِ(Dan yang genap) atau tidak ganjil –  وَالْوَتْرِ(dan yang ganjil) dapat dibaca Al-Watr dan Al-Witr, artinya ganjil.

4.       وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ(Dan malam bila berlalu) bila datang dan pergi.

5.       هَلْ فِي ذَلِكَ(Pada yang demikian itu) yakni sumpah itu –  قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ(terdapat sumpah bagi orang-orang yang berakal) Jawab dari Qasam tidak disebutkan yakni, sungguh kalian hai orang-orang kafir Mekah akan diazab.

6.       أَلَمْ تَرَ(Apakah kamu tidak memperhatikan) artinya tidak mengetahui hai Muhammad –  كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum ‘Ad.)

7.       إِرَمَ(Yaitu penduduk Iram) Iram adalah nama kaum ‘Ad dahulu; lafal Iram dapat dianggap sebagai ‘Athaf Bayan atau Badal tidak menerima Tanwin karena ‘Illat ‘Alamiyah dan Mu’annats – ذَاتِ الْعِمَادِ (yang mempunyai tubuh-tubuh yang tinggi) atau mereka adalah orang-orang yang tinggi tubuhnya, tersebutlah yang paling tinggi di antara mereka mencapai empat ratus hasta.

8.       الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ(Yang belum pernah diciptakan sepertinya di negeri-negeri lain) dalam hal kekuatan dan keperkasaannya.

9.       وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا(Dan kaum Tsamud yang memotong) yang memahat –  الصَّخْرَ(batu-batu besar) lafal Ash-Shakhr adalah bentuk jamak dari lafal Shakhrah; kemudian batu-batu besar yang mereka lubangi itu dijadikan sebagai rumah tempat tinggal mereka –  بِالْوَادِ(di lembah) yakni Wadil Qura namanya.

10.   وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ(Dan Firaun yang mempunyai pasak-pasak) ia dikenal dengan julukan tersebut, bila menyiksa seseorang ia membuat empat pasak, kemudian kedua tangan dan kedua kaki orang yang disiksanya itu diikatkan pada masing-masing pasak.

11.   الَّذِينَ طَغَوْا(Yang berbuat sewenang-wenang) maksudnya Firaun dan bala tentaranya berbuat angkara murka –  فِي الْبِلَادِ(dalam negeri.)

12.   فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ(Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu) dengan melakukan pembunuhan dan kelaliman lainnya.

13.   فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ(Karena itu Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti) sejenis –  عَذَابٍ(azab.)

14.   إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ(Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi) semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, maka tiada sesuatu pun yang terlewat dari-Nya di antara amal-amal perbuatan itu, supaya Dia membalasnya kepada mereka.

15.   فَأَمَّا الْإِنسَانُ(Adapun manusia) yakni orang kafir –  إِذَا مَا ابْتَلَاهُ(apabila dia diuji) dikenakan ujian –  رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ(oleh Rabbnya lalu dimuliakan-Nya) dengan harta benda dan lain-lainnya –  فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ(dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Rabbku telah memuliakanku.”)

16.   وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ(Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu Dia membatasi) atau menyempitkan –  رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ(rezekinya, maka dia berkata, “Rabbku menghinaku.”)

17.   كَلَّا(Sekali-kali tidak) kalimat ini merupakan hardikan, bahwa perkara yang sebenarnya tidaklah demikian, maksud dimuliakan itu dengan diberi kekayaan, dan dihina itu dengan diberi kemiskinan. Sesungguhnya seseorang itu menjadi mulia karena ketaatannya, dan menjadi terhina karena kemaksiatannya. Orang-orang kafir Mekah tidak memperhatikan hal ini –  بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ(sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim) artinya kalian tidak pernah berbuat baik kepada anak-anak yatim, padahal kalian kaya atau kalian tidak memberikan harta waris yang menjadi hak anak-anak yatim.

18.   وَلَا تَحَاضُّونَ(Dan kalian tidak mengajak) diri kalian atau orang lain –  عَلَى طَعَامِ(memberi makan) –  الْمِسْكِينِ(orang miskin.)

19.   وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ(Dan kalian memakan harta pusaka) harta peninggalan –  أَكْلاً لَّمّاً(dengan cara mencampur-aduk) tanpa segan-segan lagi, maksudnya kalian mencampur-baurkan harta warisan bagian wanita dan anak-anak dengan bagian kalian; atau kalian mencampur-baurkan harta warisan mereka dengan harta kalian sendiri.

20.   وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبّاً جَمّاً(Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan) sehingga kalian merasa sayang untuk menafkahkannya di jalan kebaikan. Menurut suatu qiraat pada keempat Fi’il tadi, yaitu Laa Tukrimuuna, Laa Tahaadhdhuuna, Ta’kuluuna, dan Tuhibbuuna, dibaca Laa Yukrimuuna, Laa Yahaadhdhuuna, Ya’kuluuna, dan Yuhibbuuna. Makna ayat-ayat di atas berdasarkan bacaan pertama.

21.   كَلَّا(Jangan berbuat demikian) lafal Kallaa ini adalah kalimat cegahan supaya jangan melakukan hal-hal tersebut. –  إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكّاً دَكّاً(Apabila bumi diguncangkan berturut-turut) artinya secara terus-menerus sehingga hancur musnahlah semua bangunan-bangunan yang ada di permukaannya.

22.   وَجَاء رَبُّكَ(Dan datanglah Rabbmu) yakni perintah-Nya –  وَالْمَلَكُ(sedangkan malaikat-malaikat) lafal Al-Malak adalah bentuk mufrad dari lafal Al-Malaaikah –  صَفّاً صَفّاً (berbaris-baris) lafal Shaffan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan yakni, berbaris-baris atau membentuk barisan-barisan yang banyak.

23.   وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ(Dan pada hari itu didatangkan neraka Jahanam) ditarik dengan memakai tujuh puluh ribu kendali, pada tiap-tiap kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat, neraka Jahanam terdengar gejolak dan gemuruhnya –  يَوْمَئِذٍ(pada hari itu) menjadi Badal dari lafal Idzaa dan Jawabnya –  يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ(ingatlah manusia) maksudnya orang kafir ingat kepada apa yang telah dilalaikannya –  وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى(akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya) Istifham atau lafal Annaa di sini bermakna Nafi, artinya penyesalannya pada saat itu tidak ada gunanya lagi.

24.   يَقُولُ(Dia mengatakan) sewaktu ingat akan kesalahan-kesalahannya –  يَا(“Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih –  لَيْتَنِي قَدَّمْتُ(sekiranya aku dahulu mengerjakan) amal kebaikan dan beriman –  لِحَيَاتِي(untuk hidupku ini”) untuk kehidupan yang baik di akhirat, atau sewaktu aku hidup di dunia.

25.   فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُعَذِّبُ(Maka pada hari itu tiada yang mengazab) dibaca Yu’adzdzibu dengan dikasrahkan huruf Dzalnya –  عَذَابَهُ(seperti azab-Nya) seperti azab Allah –  أَحَدٌ(seseorang pun) artinya Dia tidak menyerahkannya kepada seseorang pun melainkan hanya kepada diri-Nya.

26.   وَ(Dan) demikian pula – لَا يُوثِقُ (tiada yang dapat mengikat) dibaca Laa Yuutsiqu –  وَثَاقَهُ أَحَدٌ (seperti ikatannya, seseorang pun) menurut suatu qiraat lafal Laa Yu’adzdzibu dan lafal Laa Yuutsiqu dibaca Laa Yu’adzdzabu dan Laa Yuutsaqu dengan demikian maka Dhamir yang dikandung kedua lafal tersebut kembali kepada orang kafir. Lengkapnya, tiada seseorang pun yang diazab seperti azab yang ditimpakan kepada orang kafir, dan tiada seseorang pun yang diikat seperti ikatan yang dibelenggukan kepada orang kafir.

27.   يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang beriman.

28.   ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ(Kembalilah kepada Rabbmu) perkataan ini diucapkan kepadanya sewaktu ia menjelang mati; yakni kembalilah kamu kepada perintah dan kehendak-Nya –  رَاضِيَةً (dengan hati yang puas) akan pahala yang kamu terima –  مَّرْضِيَّةً(lagi diridai) di sisi Allah maksudnya, semua amal perbuatanmu diridai di sisi-Nya. Jiwa yang beriman itu merasa puas dan diridai; kedudukan kedua lafal ini menjadi kata keterangan keadaan; kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti:

29.   فَادْخُلِي فِي(“Maka masuklah ke dalam) jamaah – عِبَادِي (hamba-hamba-Ku) yang saleh.

30.   وَادْخُلِي جَنَّتِي(Dan masuklah ke dalam surga-Ku”) bersama dengan hamba-hamba-Ku yang saleh.

 

Tafsir Jalalain : Al Balad (QS 090)

سورة البلد Al-Balad

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

1.      لَا (Sungguh) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah mengandung makna Taukid –  أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ (Aku bersumpah dengan kota ini) yakni kota Mekah.

2.       وَأَنتَ(Dan kamu) hai Muhammad –  حِلٌّ(halal) maksudnya dihalalkan bagimu –  بِهَذَا الْبَلَدِ (kota ini) artinya Dia menghalalkannya untukmu melakukan peperangan di dalamnya untuk melawan orang-orang musyrik. Allah memenuhi janji-Nya itu pada waktu penaklukan kota Mekah. Ayat ini merupakan Jumlah Mu’taridhah yang terletak di antara Qasam yang pertama dengan Qasam yang selanjutnya.

3.       وَوَالِدٍ(Dan demi bapak) yaitu Nabi Adam –  وَمَا وَلَدَ(dan anaknya) atau anak cucunya; huruf Maa di sini bermakna Man.

4.       لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) semuanya –  فِي كَبَدٍ (berada dalam susah payah) yaitu lelah dan susah karena selalu menghadapi musibah-musibah di dunia dan kesengsaraan-kesengsaraan di akhirat.

5.       أَيَحْسَبُ(Apakah manusia itu menyangka) atau apakah manusia menduga, bahwa dia itu adalah kuat. Yang dimaksud adalah Asyad dari kalangan kaum Quraisy ia terkenal kekuatannya –  أَن(bahwa) huruf An di sini adalah bentuk Takhfif dari Anna, sedangkan Isimnya tidak disebutkan, lengkapnya Annahuu –  لَّن يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ(sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?) Allahlah yang berkuasa atas dirinya.

6.       يَقُولُ أَهْلَكْتُ(Dia mengatakan, “Aku telah menghabiskan) untuk memusuhi Muhammad –  مَالاً لُّبَداً (harta yang banyak”) maksudnya banyak mengeluarkan harta untuk memusuhinya.

7.       أَيَحْسَبُ أَن(Apakah dia menyangka bahwa) dirinya –  لَّمْ يَرَهُ أَحَدٌ(tiada seorang pun yang melihatnya?) artinya melihat apa-apa yang telah dibelanjakannya itu, sehingga ada orang yang mengetahui berapa jumlah harta yang telah dibelanjakannya. Allahlah yang mengetahui berapa jumlah yang telah dibelanjakannya itu, dan jumlah sedemikian itu tidak berarti apa-apa di sisi-Nya, bahkan Dia kelak akan membalas perbuatannya yang buruk dan keji itu.

8.       أَلَمْ نَجْعَل(Bukankah Kami telah menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir –  لَّهُ عَيْنَيْنِ(baginya dua buah mata,)

9.       وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ(lidah dan dua buah bibir?)

10.   وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ(Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan) maksudnya Kami telah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.

11.   فَلَا(Maka kenapa ia tidak) atau mengapa ia tidak –  اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ(menempuh jalan yang sulit?)

12.   وَمَا أَدْرَاكَ(Tahukah kamu) maksudnya apakah kamu mengetahui –  مَا الْعَقَبَةُ(apakah jalan yang sulit) yang akan ditempuhnya itu? Ungkapan ini mengagungkan kedudukan jalan tersebut. Ayat ini merupakan Jumlah Mu’taridhah atau kalimat sisipan; kemudian dijelaskan oleh ayat berikutnya, yaitu:

13.   فَكُّ رَقَبَةٍ(Melepaskan budak) dari perbudakan, yaitu dengan cara memerdekakannya.

14.   أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ(Atau memberi makan pada hari kelaparan) yakni sewaktu terjadi bencana kelaparan.

15.   يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ(Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat) atau famili.

16.   أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ(Atau orang miskin yang sangat fakir) artinya karena amat miskinnya hanya beralaskan tanah. Menurut suatu qiraat kedua Fi’il tersebut diganti menjadi dua Mashdar yang kedua-duanya dirafa’kan. Yang pertama dimudhafkan kepada lafal Raqabatin sedangkan yang kedua ditanwinkan, maka sebelum lafal Al-‘Aqabah diperkirakan adanya lafal Iqtihaam. Qiraat ini merupakan penjelasan dari makna ayat-ayat tersebut.

17.   ثُمَّ كَانَ(Kemudian dia adalah) lafal ayat ini di’athafkan kepada lafal Iqtahama; dan lafal Tsumma menunjukkan makna urutan penyebutan atau Tartiibudz Dzikr. Artinya dia sewaktu menempuh jalan yang sulit itu –  مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا(termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan) yakni sebagian di antara mereka berpesan kepada sebagian yang lain –  بِالصَّبْرِ (untuk bersabar) di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi perbuatan kemaksiatan –  وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (dan saling berpesan untuk berkasih sayang) terhadap semua makhluk.

18.   أُوْلَئِكَ(Mereka) yaitu orang-orang yang memiliki sifat-sifat demikian itu –  أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (adalah golongan kanan.)

19.  وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri)

20.  عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ(orang-orang kiri itu berada dalam neraka yang ditutup rapat) dapat dibaca Mu’shadah dan Muushadah, artinya neraka yang tertutup rapat.

 

Tafsir Jalalain : Asy Syams (QS 091)

سورة الشمس Asy-Syams

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

1.      وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا (Demi matahari dan cahayanya di pagi hari) yaitu sewaktu memancarkan sinarnya di pagi hari.

2.       وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا(Dan bulan apabila mengiringinya) apabila muncul mengiringi terbenamnya matahari.

3.       وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا(Dan siang apabila menampilkannya) yaitu menampakkan matahari yang semakin meninggi.

4.       وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا(Dan malam apabila menutupinya) artinya menyelimuti siang dengan kegelapannya. Lafal Idzaa yang ada pada tiga tempat di atas hanya menunjukkan makna Zharaf, sedangkan yang menjadi Amilnya adalah Fi’il dari Qasam.

5.       وَالسَّمَاء وَمَا بَنَاهَا(Dan langit serta pembinaannya.)

6.       وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا(Dan bumi serta penghamparannya) yang menghampar.

7.       وَنَفْسٍ(Dan jiwa) sekalipun bentuk lafalnya Mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah Jamak –  وَمَا سَوَّاهَا(serta penyempurnaannya) maksudnya kesempurnaan ciptaannya; lafal Maa pada tiga tempat di atas adalah Maa Mashdariyah, atau bermakna Man.

8.       فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا(Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya) maksudnya Allah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Lafal At-Taqwaa letaknya diakhirkan karena demi memelihara keserasian bunyi akhir ayat, sedangkan sebagai Jawab dari Qasam di atas ialah:

9.       قَدْ أَفْلَحَ(Sesungguhnya beruntunglah) pada lafal Qad Aflaha ini sengaja tidak disebutkan huruf Lam Taukidnya karena mengingat panjangnya pembicaraan –  مَن زَكَّاهَا(orang yang menyucikannya) yakni menyucikan jiwanya dari dosa-dosa.

10.   وَقَدْ خَابَ(Dan sesungguhnya merugilah) atau rugilah –  مَن دَسَّاهَا(orang yang mengotorinya) yang menodainya dengan perbuatan maksiat. Asalnya lafal Dassaahaa ialah Dassasahaa, kemudian huruf Sin yang kedua diganti menjadi Alif demi untuk meringankan pengucapannya, akhirnya jadilah Dassaahaa.

11.   كَذَّبَتْ ثَمُودُ(Kaum Tsamud telah mendustakan) rasulnya, yaitu Nabi Saleh – بِطَغْوَاهَا (karena mereka melampaui batas) disebabkan tindakan mereka yang melampaui batas.

12.   إِذِ انبَعَثَ(Ketika bangkit) artinya bersegera –  أَشْقَاهَا(orang yang paling celaka di antara mereka) orang tersebut dikenal dengan nama julukan si pendekar, lalu ia bersegera menyembelih unta Nabi Saleh atas izin mereka.

13.   فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ(Lalu Rasul Allah berkata kepada mereka) yakni Nabi Saleh –  نَاقَةَ اللَّهِ (“Unta betina Allah) maksudnya biarkanlah unta betina Allah ini –  وَسُقْيَاهَا(dan minumannya”) dan hari bagian minumnya; sesungguhnya bagian minum itu digilirkan antara mereka dan unta; untuk unta sehari dan untuk mereka sehari.

14.   فَكَذَّبُوهُ(Lalu mereka mendustakannya) mendustakan ucapan Nabi Saleh yang mengatakan, bahwa unta itu adalah milik Allah, dan bila mereka melanggarnya niscaya hal itu akan berakibat turunnya azab atas mereka –  فَعَقَرُوهَا(dan menyembelih unta itu) atau mereka membunuhnya itu, dengan maksud supaya bagian minum itu diperoleh seluruhnya oleh mereka –  فَدَمْدَمَ(maka menimpakanlah) atau menurunkanlah –  عَلَيْهِمْ رَبُّهُم(kepada mereka Rabb mereka) azab –  بِذَنبِهِمْ فَسَوَّاهَا(disebabkan dosa mereka, lalu Allah meratakan azab) atas mereka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat lolos atau menyelamatkan diri dari azab-Nya.

15.   وَلَا(Dan tiadalah) dapat dibaca Walaa dan Falaa –  يَخَافُ عُقْبَاهَا(Allah takut terhadap akibat tindakan-Nya itu) maksudnya akibat azab yang akan terjadi.

 

« Older entries Newer entries »